ESKALASI IRAN-ISRAEL, EKONOMI INDONESIA KETAR KETIR?
Ketegangan di Timur Tengah kian memanas setelah Iran melancarkan ratusan drone peledak dan rudal ke Israel. Ini merupakan serangan balasan Iran atas serangan Israel terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah tanggal 1 April 2024. Melansir dari laman NPR, serangan tersebut dilakukan karena Iran diduga mendukung HAMAS memicu perang Gaza dengan serangan pada 7 Oktober terhadap Israel. Iran juga dianggap mendukung Hizbullah di Lebanon, yang dibentuk pada tahun 1980an untuk melawan pendudukan Israel di Lebanon.
Dilansir di www.inews.id akibat dari serangan tersebut adalah tujuh penasihat militer Iran, termasuk tiga Mohammad Reza Zahedi, seorang komandan senior Pasukan Quds yang merupakan pasukan elit spionase dan paramiliter asing.
Akibat kejadian tersebut, maka terjadilah serangan balasan Iran ke Israel pada tanggal 13-14 April 2024 di Tel Aviv dan itu serangan langsung pertama mereka ke Israel. Iran meluncurkan lebih dari 300 drone dan rudal ke Israel. Dua negara ini sudah terlibat perang bayangan selama bertahun-tahun (Diakses bbc.com tanggal 15 April 2024).
Kejadin tersebut akan memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Paling berdampak pada pasokan minyak dalam negeri. Seperti yang kita ketahui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengakui sumber impor minyak dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) RI sebagian berasal dari negara-negara di Timur Tengah. Indonesia masih mengandalkan impor minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri. Negara asal impor minyak mentah dalam negeri yang pertama dari Nigeria, kedua Arab Saudi dan ketiga dari negara Azebaijan. Meski, komoditas minyak mentah juga diimpor dari Arab Saudi dan LPG dari Qatar tapi tak menampik kenaikan itu. Lantaran kedua negara masih berada di wilayah sekitar dan membuat alur pasokan terganggu.
Berdasarkan catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di tahun 2022, impor minyak mentah RI tembus 286,03 ribu barel per hari. Memang dari sisi suplai Pertamina sejatinya telah mendapatkan jaminan keandalan pasokan jangka panjang untuk minyak mentah karena telah berkontrak dengan penjual. Apabila eskalasi ini berlanjut tanpa waktu yang tidak pasti tentu akan berpotensi mengganggu pengiriman pasokan minyak ke dalam negeri yang berimbas pada inflasi dan nilai tukar rupiah dan yang sudah pasti akan berpengaruh terhadap perubahan harga BBM. Harga minyak ini biasanya bergejolak selain karena masalah teknis produksi, karena juga masalah geopolitik yang kemudian melibatkan negara-negara lain membuat pasar keuangan global diliputi ketidakpastian. Maka dari itu konflik di kawasan Timur Tengah tidak pernah dianggap enteng. Sebagai pemasok utama minyak bumi untuk dunia, konflik di kawasan ini akan sangat berpengaruh pada harga emas hitam tersebut.
Jalur perdagangan
Selat Hormuz dekat Iran memiliki fungsi startegis. Selat yang terletak di jazirah Arab, dekat dengan Iran dan Oman merupakan selat yang memiliki jalur perdagangan minyak terpenting di dunia. Salah satu jalur yang dilewati kargo minyak global yaitu Laut Merah, dekat Terusan Suez. Terusan Suez diresmikan tahun 1869 dan dibangun atas Prakarsa insinyur Ferdinand Vicomte de Lesseps. Terusan ini memungkinkan transportasi air dari Eropa ke Asia tanpa mengelilingi Afrika.
Apabila eskalasi ini berlanjut dalam jangka lama, maka akan berdampak pada pengiriman minyak yang melalui Terusan Suez. Bila itu terganggu, maka suplai juga akan terganggu. Bila harga minyak dunia semakin melonjak, maka tentunya ini akan berimbas pada meningkatnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri. Pada ujungnya, bisa berdampak pada melonjaknya subsidi dan kompensasi BBM yang akan menekan defisit semakin melebar. Selat Hormuz yang menjadi jalur strategis dalam transportasi minyak dunia. Negara-negara teluk penghasil minyak seperti Iranm Irak, Bahrain, Kuwait, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Laut Merah pun sempat diliputi konflik dengan adanya serangan dari Houthi, sebagai prote serangaan Israel terhadap Gaza. Berdasarkan data Goldman Sachs, konflik di Laut Merah-Selat Hormuz Arab dapat menaikkan harga minyak dunia 20-100%.
Mendongkrak Pertumbuhan Dalam Negeri
Pelaku usaha menilai eskalasi konflik Iran Israel berisiko mengganggu rantai pasok global termasuk ekspor dunia usaha dalam negeri. Situasi ketidakpastian global saat ini, beralih fokus ke pasar dalam negeri menjadi alternatif. Setidaknya ini masih menjadi harapan bagi Indonesia untuk memapu menggenjot pertumbuhan ekonomi. Disamping konsumsi domestik dalam penyelenggaraan pemilihan daerah (Pilkada) 27 November 2024. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid ditopang oleh konsumsi domestic yang meningkat. Ini salah satu upaya perekonomian Indonesia menghadapi gejolak yang terjadi di luar negeri. Termasuk kebijakan keberlangsungan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Terbukti UMKM bertahan di saat krisis moneter 1998. Menurut Pratomo dan Soejodono (2002:14) alasan UMKM dapat bertahan dari krisis karena sebagian besar UMKM menggunakan modal sendiri dan tidak mendapat modal dari bank.
Selain itu dari anggaran fiscal pemerintah perlu ada penyesuaian BBM, dengan merelokasi dari sisi anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia (APBN) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Diharapkan anggaran dapat dialokasikan ke aktivitas yang lebih produktif sehingga nilai pendapatan bisa lebih banyak. Selanjutnya, mencari alternatif sumber minyak baru untuk kebutuhan BBM dalam negeri. Termasuk ada wacana menaikkan PPN menjadi 12% dapat dipertimbangakan Kembali. Karena kenaikan PPN akan berdampak kenaikan harga barang komoditi. Hal tersebut akan menurunkan daya beli Masyarakat terutama kelas menengah ke bawah. Sisi moneter, diharapkan Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia (BI) mempertimbangkan untuk menahan kenaikan suku bunga acuan dengan tujuan untuk menekan sektor rill di dalam negeri.
Selanjutnya, membangun hubungan diplomatik yang strategi kepada para pemimpin dunia untuk menegaskan pentingnya menahan diri dan mengurangi eskalasi konflik. Karena eskalasi konflik tidak membawa keuntungan bagi siapapun.
Penulis: Trie Nadilla,M.Si.,Ak.,CA
Email: trienadilla@iainlhokseumawe.ac.id
Dosen FEBI IAIN Lhokseumawe